Hati-hati Saat Marah, Ada Mata Kecil yang Akan Merekam dan Menirunya di Kemudian Hari

Posting Komentar

Assalamua'alaikum Sahabat Lithaetr,

Sedang liburan panjangkah? Semoga semua bisa berquality time dengan keluarga dan semakin saling mencintai ya... Karena saya termasuk yang tidak liburan, hehehe... Jadinya nulis curhatan lagi saja deh. Ih curhat melulu, iya nih baru butuh dikeluarkan unek-uneknya, agar jadi pengingat saya juga setiap harinya.

Gambar: pixabay
Sampai saat ini, yang masih menjadi PR terbesar saya adalah berusaha untuk selalu sabar setiap saat. Apabila marah, maka saya harus bisa mengontrol amarah saya. Apalagi perasaan marah ini timbul di saat-saat lelah. Karena saya tahu betul kalau saya marah sampai meledak, saya akan menjadi hulk yang tidak terkontrol. Jadi jujur saja, bagi saya menahan emosi atau marah saat lelah itu tidak mudah, namun bukan berarti tidak bisa, betul? Makanya saya pun selalu berusaha menanamkan dalam pikiran sebuah 'warning' atau pesan yang bunyi-nya,
Hati-hati saat marah, karena ada mata kecil yang akan merekam dan menirunya di kemudian hari.
Mengapa akhirnya 'warning' atau pesan ini yang harus digaungkan dalam diri? Mau tahu? Lanjutin bacaannya ya, Sahabat...

Gambar: pixabay
Sebenarnya pesan tersebut saya ambil dari tulisan seorang Pakar Parenting, Wina Risman. Tulisan ini sudah sangat viral, sehingga mungkin sahabat juga sudah ada yang membacanya, tapi jika belum, inilah tulisannya,
Lelahkah engkau, Bunda?

Perhatikan wajah kecil itu yang sedang memandangmu, ketika engkau marah.

Memang, ia belum mengikuti persis gaya-gaya marahmu, seperti kakak abangnya. 

Tapi percayalah, ia sedang merekam dengan jelas semuanya. 

Hanya masalah waktu saja, sampai ia menirunya. 

Mengapa engkau marah padanya wahai bunda?

Apakah ada kesalahan besar yang dilakukannya padamu kali ini?

Atau..........apakah engkau lelah?

Ketika malam semakin menunjukkan pekatnya , dan banyak hal masih belum terlaksana, semuanya keluar dari schedule dan harapan yang semestinya.

Apakah itu penyebabnya?

Apakah engkau lelah bunda?

Sehingga melampiaskannya pada si kecil yang terpana...

Terpana dengan raut wajah marahmu..
Dengan suara yang menggelegar. 

Sementara kakak dan abangnya sudah begitu hafal dengan rutinitas ini, sehingga berlari ‘menyelamatkan diri’ dengan tidur lebih awal.

Sedangkan sang ayah?

Ketika suasana sedang ‘runyam’ seperti ini, memilih untuk tidak bersuara. Takut menambah masalah.

Berhentilah bunda. 
Sejenak saja....

Bukan salah dia, dia hanya belum bisa menyelamatkan diri lebih cepat seperti kakak dan abangnya.

Karena ia belum pandai membaca suasana. 

Belum bisa segera bertindak dan mengira apa yang sebaiknya dilakukan, agar terselamat dari ‘murka’ kelelahan bundanya. 

Berhenti bunda. 
Tarik nafas.  

Rumah berantakan ini, bukan pertama kalinya.
Tentunya, besok, suasana yang sama tetap akan terulang juga. 

Cucian piring di sink, baju yang belum sempat terlipat, meja makan yang kotor bekas makanan yang belum sempat dipindahkan dan di lap. Mainan serta segala macam barang yang bertabur dengan indahnya di lantai, membuat emosi mu meledak karena fisikmu juga lelah.

Berhentilah Bunda, sejenak saja. 
Tarik nafas perlahan dan lepaskan. Hhhhaaaahhh.
Tiga kali saja. 

Kata nabi, kalau sedang marah berdiri, maka duduklah. 

Istighfar bunda, ini bukan salah dia.

Esok masih ada.Insha Allah.

Cucian piring tidak akan kemana-mana. 
Baju yang belum terlipat alan setia menunggu dalam diamnya. Lantai yang berserakan? tutup mata sajalah. 

Istirahatlah Bunda, sudah cukup hari ini engkau bekerja. Menjaga dan menyayangi kami semua. 

Terima kasih Bunda. 
Semuanya hampir sempurna!

Andai saja kau tidak akhiri hari ini dengan marah, menyakiti hati seorang anak yang belum paham apa salahnya.

Semuanya sempurna Bunda! Sempurna! ❤

Kami ngak perduli dengan keadaan yang berantakan ini. 

Yang kami perlukan bunda senang dan bahagia. 

Percayalah, kami sudah berusaha.
Walau terladang kami lupa dan belum maksimal hasilnya. 

Karena kami belum terlatih seperti bunda. 

Percayalah bunda...
Hari itu akan segera tiba. 

Ketika kami sudah mampu membersihkan rumah seperti bunda. Memasak makanan seperti bunda, membantu mencuci, menjemur, melipat kain, bahkan menyetrika!

Tapi, ketika kami sudah pandai itu semua, kami tidak akan tinggal di rumah lama-lama. 
Harus segera balik ke kost-an atau asrama. Atau kembali ke kehidupan kami saat itu adanya.  

Maafkan kami bunda. 
Kami sayang bunda ❤, selalu....
selamanya.  


Ditulis Oleh: Wina Risman.
Jujur sahabat, tulisan ini selalu sanggup membuat saya menitikan air mata. Benar sekali, setiap saya kelelahan itulah dimana emosi atau amarah menjadi tidak terkontrol. Saya masih harus terus belajar agar mengontrol diri, khususnya marah ini. Saya masih suka semuanya berjalan sesuai jadwal. tetapi anak-anak kecil sangat membutuhkan toleransi dan kelonggaran-kelonggaran yang diperlukan.

Anak-anak memang harus dikenalkan dengan keteraturan, namun mereka tetap harus belajar dengan caranya sendiri. Orang tua mengenalkan, memberikan contoh, dan mengajari anaknya berulang-ulang, agar bisa tertanam dengan baik dalam perilakunya. Tentu saja penanaman ini butuh proses yang tidak sebentar dan membutuhkan kesabaran ekstra.
Gambar: ummahatmengaji
Maka, bila lelah, berusaha tenangkan diri dulu, menjauh, atau lakukan 'me time' sekejap saja. Lalu, katakan pada diri sendiri, kalau semua sudah sempurna dan akan selalu baik-baik saja. Kita sudah menjadi dan memberikan yang terbaik. Setelah tenang, barulah selesaikan satu-satu kembali.

Buat para sahabat yang merasakan lelah dan penat yang sama, kamu tidak sendiri karena semua perempuan mengalami hal yang sama. Semua merasakan yang kamu rasakan dengan porsinya masing-masing, karena Allah tahu kadar atau batas kita masing-masing. Jadi, tetap semangat dan terus bangkit, serta selalu belajar agar menjadi orang tua terbaik bagi anak-anak kita. Jangan biarkan anak-anak kita lebih buruk dari diri kita sendiri ya, sahabat. Sebab, mereka berhak mendapatkan dan menjadi yang terbaik.

Buat sahabat yang ingin sharing parenting lainnya bisa mampir ke blog Just_My_Pensieve ya.
lithaetr
Seorang IRT yang ingin berbagi sepenggal kenangan dan kisah berharganya, agar dapat menjadi pelajaran dan manfaat bagi sesama. Saat ini masih terus belajar menjadi penulis dan pemerhati anak. Jika ingin mengajak penulis bekerjasama silakan saja hubungi via email ke lithaetr@gmail.com atau ke WhatsApp http://wa.me/628161977335.

Related Posts

Posting Komentar