Bila Sudah Sampai Tingkat Nyaman, Maka Tak Ada Beban Dalam Menjalaninya

Posting Komentar
Apa sih bekal yang kita bawa saat kita kembali pulang?
Yang pasti bukan harta dan tahta, melainkan amal-amal dari setiap ibadah kita. Namun sudah cukupkah amalan tersebut?

Pesan dari seorang ibu ini begitu mengena.'Beribadah itu tidak perlu menunggu susah atau saat senang, karena melakukan ibadah itu haruslah terus menerus.' Sebuah pesan yang memiliki banyak makna di dalamnya.
Gambar: instagram.com/bayibangethijab

Jujur saja di kala kita susah kita akan lebih rajin beribadah dibandingkan saat senang. Padahal di saat senang benarkah itu semua rezeki? Justru bisa jadi dalam kesenangan ada ujian-ujian yang tidak kita sadari. Jadi dalam beribadah itu memang tidak bisa karena pas ada maunya doang.

Karena Sang Maha Pencipta pun memberikan nikmatnya kepada kita juga tidak bersyarat. Masa kita meminta padanya saat butuh, banyak syarat, dan kalau ingat saja? Malu dong akh.

Kalau namanya tingkat keimanan manusia naik turun itu wajar, biasa, dan sudah sepantasnya. Namun bila kita sudah sampat tingkat nyaman, maka tak akan ada lagi beban dalam menjalaninya. Baik dalam beribadah maupun meraih mimpi. Betul?

Siapa yang sudah merasa nyaman dengan mimpinya? Kebanyakan pasti senang dalam menjalani prosesnya, saat turun naik semua dihadapi dengan pantang menyerah. Begitupun dalam beribadah. Belum dikabulkan bukan berarti tidak akan pernah terkabul tapi Allah Subhana Wata'alla simpan dulu, menunggu waktu yang tepat.

Cuma terkadang kita tidak sabar saat menunggu, jadi ibadahnya pun sekenanya. Saya pun juga masih begitu, tapi akhirnya ketika beberapa doa sebenarnya sudah dikabulkan, membuat saya menelaah kembali.

Dulu ketika masih ribet dengan segala aktivitas di luar rumah, saya tidak pernah bisa mewujudkan mimpi saya menjadi penulis buku. Saya masih ingat betul tulisan yang saya tulis di blog, tentang mimpi bisa membuat buku. Dulu seakan doa itu tak kunjung dikabulkan, sekarang begitu sudah tidak ribet dengan urusan luar rumah, saya sudah punya karya buku. Walaupun antologi tetapi sudah ada beberapa yang sedang antri di penerbit dan satu sudah terbit.

Kemudian ketika ketakutan tentang mencari partner yang tepat bagi si kecil, saya pun terus berusaha dan berdoa. Allah pun segera menunjukkan kuasaNya. Sekolah yang baik pun muncul dari informasi dan seseorang tak terduga. Masih merasa doa tidak dikabulkan? Coba ditelaah lagi yuk.

Jangan sampai kita sudah su'udzon dulu dalam berdoa dan beribadah. Yakin aja kalau doa kita pasti dikabulkan. Karena sejatinya bentuk sebuah nikmat tidaklah hanya sekedar materi belaka. Kita sehat, bahagia, hidup rukun, kebutuhan ekonomi serba pas serta cukup, dan masih terlihat awet muda, juga termasuk nikmat loh. Hehehehehe.

Jadi dalam beribadah harus terus menerus, jangan bosan untuk meminta, karena kita tak pernah tau kapan mimpi kita dikabulkan. Oh iya jangan lupa untuk pasang kacamata kuda aja. Loh kenapa? Iya biar tidak suka membandingkan diri ini dengan orang lain. Karena kita sudah menjadi juara sejak kita dilahirkan. Iya kah? Kalau nggak percaya, coba dibaca lagi ilmu biologinya, bagaimanakah perjuangan sebuah proses pembuahan itu terjadi? Maka kita akan menyadari kalau kita sudah menjadi juara sejak lahir.

Oleh karena itu, saya ingin membagikan mimpi saya. Kali ini mimpi saya adalah bisa jadi bunda terbaik bagi anak-anak, penulis buku sekaligus naskah, bisa jadi pedagang yang terus dicintai pelanggan, dan tetap bersama wanita-wanita hebat lainnya dalam membawa perubahan bagi sekitarnya.

Semoga mimpi ini bisa terwujud aamiin. Kalau sahabat mimpinya apa ya? Yuk, tuliskan di kolom komentar, semoga bisa menggetarkan langit hari ini dengan doa kita. Aamiin.
lithaetr
Seorang IRT yang ingin berbagi sepenggal kenangan dan kisah berharganya, agar dapat menjadi pelajaran dan manfaat bagi sesama. Saat ini masih terus belajar menjadi penulis dan pemerhati anak. Jika ingin mengajak penulis bekerjasama silakan saja hubungi via email ke lithaetr@gmail.com atau ke WhatsApp http://wa.me/628161977335.

Related Posts

Posting Komentar