Kurangi Marah-marahnya, Nda! Anak-anak Protes Karena Tidak Nyaman. Lalu, Apa yang Harus Kita Lakukan, ya?

32 komentar
Assalamu'alaikum Sahabat Lithaetr,

Maaf hari ini mau curhat lagi ya... Semoga sahabat tidak bosan dengan curhatan bunda lithaetr, hehehe... Setelah kemarin menulis tentang Hati-hati Saat Marah, Ada Mata Kecil yang Akan Merekam dan Menirunya di Kemudian Hari, saya langsung mendapatkan teguran ringan dari kekasih hati. Ayahnya anak-anak mendapatkan curhatan kalau bunda baru sering marah-marah. Makanya, kekasih hati langsung menegur secara halus, "Kurangi marah-marahnya, Nda. anak-anak sudah bisa protes karena tidak nyaman."
Gambar: pixabay
Alhamdulillah ini menjadi salah satu teguran penyemangat lagi bagi saya, agar bisa selalu istiqomah menjalankan konsep berkomunikasi yang efektif dan baik dengan anak-anak. Mau tahu tentang komunikasi yang baik seperti apa, silakan klik Bila Kita Tidak Boleh Marah, Menyuruh, Melarang, Lalu Bagaimana Cara Kita Mendidik Anak-Anak? atau Yuk, Gunakan 3 Mantra ini dalam Mendidik Anak Kita agar Sesuai Fitrahnya.

Saya pun kembali membuka buku-buku parenting untuk pembelajaran. Saya teringat kata-kata dari dr. Nurul Afifah dalam bukunya 'Don't Be Angry, Mom', yang berbunyi:
Hidup itu pilhan, begitu pula saat kita marah terhadap anak, kita juga memiliki pilihan. Mau marah seperti apa pada mereka itu juga pilhan. Mau pilih yang baik atau buruk, itu juga pilhan. Maka diantara pilihan-pilihan tadi, pilihlah pilihan yang tidak menyakiti hati, tidak meracuni, dan dapat memberikan teladan. Tinggalkan cara lama kita, perbaharui cara marah kita.
Dari kata-kata itu saya langsung berpikir, apa yang membuat saya marah akhir-akhir ini? Apa yang sedang terjadi dalam diri ini? Mau tahu lebih lengkapnya? Silakan ikutin terus ya, sahabat.

Gambar: pixabay
Mengapa sih saya menjadi hulk akhir-akhir ini? Jawabannya juga saya temukan dalam buku Don't Be Angry Mom. dr Nurul Afifah menjelaskan kalau ada 4 sebab atau faktor yang bisa membuat orang tua jadi marah.

1. Faktor Internal (Fisik dan Psikis)


Faktor seperti kelelahan, lapar, mengantuk, mood swing (akibat menstruasi dan baby blues), ketakutan yang berlebihan, stres. terburu-buru, dan sakit, bisa menjadi penyebab timbulnya marah. Setelah saya kembali menganalisa, ternyata dari faktor sakit saya menjadi kurang sabar.

2. Faktor Eksternal

Ini lebih kepada keluguan anak-anak bisa terlihat kadang-kadang jadi menjengkelkan, bila kelakuan tersebut terjadi di waktu yang tidak tepat, contohnya: anak tidak mau mandi, ngeyel, susah diatur, tak mau membereskan mainan, tidak mau makan, dan lain sebagainya. Rasa-rasanya ini juga sering terjadi belakangan ini di anak-anak saya.

3. Faktor Gap (Kesenjangan)
Gambar: pixabay
dr Nurul Afifah mengatakan, "Allah menganugerahkan pada anak-anak sifat egois dan ngeyel, agar anak mampu mengembangkan seluruh keterampilan yang ada pada dirinya dan mengeksplor segala keingintahuannya." Ia menegaskan kalau anak ngeyel, mau mencoba ini itu, santai saja kayak di pantai. Awasi, temani, dan dukung kemauan mereka selama itu positif dan tidak membahayakan diri anak-anak.

4. Faktor Beda Standar (Menginginkan Anak yang Ideal)

Nah, faktor keempat inilah yang terkadang membuat orang tua tidak bisa santai kayak di pantai. Penerapan standar yang tidak sesuai dengan kemampuan anak, misalkan anak-anak usia batita dan balita memang masih harus selalu dingatkan untuk bisa fokus terhadap tujuan dan terhadap apa yang sedang dia kerjakan. Jadi wajar kalau mereka sering lalai atau lupa terhadap tanggung jawabnya.

Lalu, yang harus dilakukan orang tua adalah menurunkan standarnya. dr. Nurul Afifah mengingatkan,
Mereka (anak-anak) bukan miniatur orang tua yang secara psikologis dan kebutuhan dasarnya sama seperti kita. Kita saja perlu belajar berkali-kali dan masih melakukan kesalahan dalam menjalankan prosesnya, apalagi anak-anak. Tentunya mereka butuh sebuah proses panjang untuk bisa menjadi anak-anak hebat yang sesuai dengan standar kita. Jadi, daripada mencaci keadaan, alangkah baiknya kita turunkan standar, ambil napas dalam, dan berikan teladan yang baik kepada mereka.
Selain kata-kata dari dr. Nurul Afifah, sharing dari Bunda Ayu Kinanti, lewat Moms Me Time Diary juga menjadi pengingat bagi saya,

Gambar: ummahatmengaji
Bunda Ayu Kinanti menyampaikan,
Saat anak manja, bertingkah, cari perhatian, merengek, mengamuk
Saat anak berperilaku menyebalkan justru adalah saat anak membutuhkan perhatian, kehangatan, dan penerimaan.
Saat-saat itu adalah saat anak sedang rapuh dan justru butuh dikuatkan.
Tidak pernah ada anak yang terlahir nakal. Semua anak fitrahnya baik dan kooperatif. Anak hanya sedang belajar berperilaku yang tepat, maka kesabaran demi kesabaran yang perlu dijaga dalam diri orang tua.
Bersabarlah dengan keaabaran yang indah. Karena kesabaran kita juga adalah kekuatan bagi mereka untuk tumbuh dengan indah.
Kesabaran itu insyaAllah nanti akan menuai hasilnya. Allah beserta dan mencintai orang yang sabar. Dan kelak di surga yang malaikat beri salam adalah orang-orang yang bersabar.
Dari nasihat-nasihat itulah saya pun menyadari apa yang harus saya lakukan. Sebaiknya saya coba untuk beristirahat karena sakit, dan apabila anak-anak ngeyel maka saya harus menurunkan standar saya. Kemudian ambil napas, berwudu, dan beristigfar bila perlu agar marah bisa lebih teredam. Barulah hadapi anak-anak kembali dengan tetap memberikan teladan dan mencontohkan apa yang harus dilakukan oleh mereka secara tepat, baik, dan tidak marah lagi.

Semoga saya dan sahabat bisa terus diberikan kekuatan dan kesabaran, sekaligus keistiqomahan dalam mendidik anak-anak kita menjadi generasi terbaik di zamannya kelak, aamiin. Kalau mau melihat sharing tentang parenting saya silakan kunjungi Just_My_Pensieve ya. Semoga curhatan dan tulisan-tulisan saya bisa memberikan kebaikan dan manfaat bagi sahabat semua, aamiin.
lithaetr
Seorang IRT yang ingin berbagi sepenggal kenangan dan kisah berharganya, agar dapat menjadi pelajaran dan manfaat bagi sesama. Saat ini masih terus belajar menjadi penulis dan pemerhati anak. Jika ingin mengajak penulis bekerjasama silakan saja hubungi via email ke lithaetr@gmail.com atau ke WhatsApp http://wa.me/628161977335.

Related Posts

32 komentar

  1. Saya masih sering ga sabar dan marah marah sama anak saya mb. Trima kasih atas sarannya mb.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kembali kasih mba. Saya pun menulis ini biar selalu menjadi pengingat saya pribadi, agar bisa menghindari amarah-amarah yang tak diperlukan. Semoga kita dimampukan untuk bersabar ya mba ☺

      Hapus
  2. Saya lagi di tahap belajar mengendalikan emosi menghadapi adik yang memasuki usia puber. Sikap mereka terkadang menjengkelkan. Tapi, saya paham, mereka pun mungkin dilema. Mereka juga sedang berada dalam situasi mencari jati diri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah lebih seru lagi ya Bun sepertinya. Memang menjadi orang tua itu adalah pembelajaran seumur hidup ya Bun.

      Karena memang beda perlakuan saat kanak-kanak dan remaja. Saya pun juga harus terus belajar biar bisa menghadapi saat bocil2 beranjak remaja dan dewasa ☺

      Hapus
  3. waaah kereeen artikelnya, aku termasuk emak-emak ganas terutama kalau lagi PMS :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat Bun. Berarti memang harus beristirahat sejenak atau mencuri-curi untuk me time Bun. Biar fresh lagi ❤

      Yuk, sama-sama belajar ya Bun biar bisa lebih sabar (n_n)

      Hapus
  4. Sy jg sering bun, diingatkan anak klo lg marah, bahkan klo ngomong dgn intonasi tinggi aja dikritik, "jangan nge Gas donk!" gitu kt nya, wkwkwkwk.
    Faktor lelah, lapar dan stress emang ngaruh ba, sering nya disitu sy g bsa kendalikan emosi, y Allah, mksh y bun, sdh mngingatkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. İya Bun. Saya pun menyadari kalau faktor internal dari ibulah yang paling banyak menjadi faktor penentu penyebab amarah

      Makanya kalau sudah mulai ada alarm untuk marah, saya sudah harus mulai beristirahat sejenak berarti.

      Semoga kita selalu bisa diberikan kesabaran yang luas dalam mendidik anak-anak sesuai fitrahnya, aamiin ☺❤

      Hapus
  5. Berat memang kalau mengatur emosi ketika kita lelah, kerjaan numpuk. Masya Allah, memang tidak mudah menjadi orang tua, Mbak. Terutama yang masa kecilnya ada trauma. Tiba2 muncul tanpa disadari apa yang kita alami dulu...hiks.

    BalasHapus
    Balasan
    1. İya Bun setuju. Memang harus banyak berdoa dan berzikir kayaknya biar enggak lepas kontrol. Semoga kita dimudahkan menjadi orang tua yang tidak terlalu banyak menimbulkan rasa trauma ya Bunda ☺❤

      Hapus
  6. Terkadang saya masih moody. Ada saatnya anak rewel masih bisa kontrol diri tapi kadang kelepasan marah juga kalau ada faktor internal yang dijelasin di atas. Kalau anak udah bilang "Jangan marah, Ma!" Baru luluh lagi dan peluk dia dan minta maaf

    BalasHapus
    Balasan
    1. İya Bun. Saya pun juga begitu. Semoga kita dimampukan menjadi orang tua yang tidak terlalu banyak menimbulkan luka dan trauma, aamiin ☺❤

      Hapus
  7. Reminder banget postingannya ini Bund intinya jadi orang tua apalagi sebafai seorang ibu kita harus banyak-banyak sabar dan pandai mengelola emosi ya Mbak. Tapi yah emang gak mudah sih apalagi kalau dalam keadaan lelah atau lagi ada masalah gitu. Ini jadi catatan penting juga buat saya nih. Terima kasih sharingnya Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. İya Bun, saya sampai detik ini juga masih terus untuk berusaha mengendalikan emosi diri. Kalau sudah ada alarmnya bunyi, maka saya harus mulai mengambil nafas dulu. Kalau perlu menjauh sebentar atau merem dulu. Kalau sudah enakkan baru menghadapi lagi. Semoga kita dimudahkan dalam memperoleh kesabaran aamiin ☺

      Hapus
  8. semangat mbak, aku pun sedang berjuang untuk mengendalikan emosi ketika membersamai anak-anak

    BalasHapus
    Balasan
    1. İya Mba, insyaallah semangat kok. Semoga kita dimampukan menjadi orang tua yang tidak terlalu banyak menimbulkan luka dan trauma, aamiin ☺❤

      Hapus
  9. Semoga ortu semakin sabar dalam proses belajar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin aamiin ya Rabbal'alamin 😍. Semoga kita dimampukan menjadi orang tua yang tidak terlalu banyak menimbulkan luka dan trauma, aamiin ☺❤

      Hapus
  10. Mungkin yang dibedakan adalah marah dan tegas. Marah sebagai ketegasan untuk memperbaiki tentu dibutuhkan kalau menurut saya, alhaAlhamduli tiga jagoan saya sudah terbiasa sehingga nggak kaget begitu terjun di dunia masyarakat

    BalasHapus
    Balasan
    1. İya Miss. Semoga saya dimampukan untuk bisa tegas tanpa harus mengeluarkan emosi negatifnya.

      MasyaAllah keren miss. Semoga miss dan keluarga selalu diberkahi limpahan rahmat dari Allah SWT, aamiin ☺

      Hapus
  11. Semoga kita-ibu-ibu" selalu diebri kesabaran untuk mendidik dan menemani anak tumbuh hingga mereka dewasa nanti ya, Mbak. Aamin..aamiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin aamiin ya Rabbal'alamin 😍

      Hapus
  12. Saya sendiri merasakan emosi yang agak labil saat PMS. Fiuhh, harus banyakin istighfar pas seperti itu.
    Sedangkan anak-anak saya, sengeyel apapun, sebenernya mereka menyenangkan. Jadi dalam kondisi saya yg 'normal', so far so good, alhamdulillah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat ya Bun. Semoga kita selalu diberikan kemudahan dalam mendidik anak-anak ya Bun, aamiin

      Hapus
  13. MasyaAllah mbak Litha semoga badai segera berlalu dan saya yakin all is well, sebagai ibu baru saya juga merasakan hal yang sama, jadi pingin baca bukunya Nurul Afifah itu mbak, bisa beli dimana taau ada beli pdfnya ajakah ya? Butuh juga buat makanan jiwa ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin.. Semoga kita semua dimudahkan dalam mendidik anak-anak ya, Bun. Saya beli di teman komunitas HSKM Bun. Kalau memang mau nanti saya kasih kontaknya

      Hapus
  14. Oalah sikap ngeyel itu udah otomatis bawaan toh. Hihi. Yaudah dipahami saja. Saya kira karena saya salah didiknya. Iyaa nih emak2 suka marah. Sampai ayahnya ikut protes

    BalasHapus
    Balasan
    1. İya Bun itu sudah termasuk fitrah anak untuk mencari tahu lebih jauh tentang apa yang ingin diketahuinya. Ngeyelnya lebih ke tidak cepat puas dan ingin terus mencoba. Kadang dia pun merasa tidak setuju dengan pendapat orang tuanya, wajarlah sifat itu jadinya. Semoga kita diberikan kesabaran yang luas dalam mendidik anak-anak ya Bun, aamiin ☺

      Hapus
  15. Falktor-faktor di atas memang seringnya menjadi penyebab ibu marah-marah. Kalau aku soal standar lebih santai, tidak memaksa anak harus bisa ini itu di usianya yang baru dua tahun. Walau tetao kesabaran poin pentingnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat Bunda. Semoga kita selalu diberikan kemudahan, kesehatan, dan kesabaran dalam mendampingi serta mendidik anak-anak ya, aamiin ☺

      Hapus
  16. Mengontrol emosi ini masih menjadi PR banget buat aku. Dan, salah satu cara yang aku lakukan biar enggak ngomel melulu adalah menghindari si kecil saat marah. Hiks, jadi sedih kan, kudu sabar pokoknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat ya Bunda... Semoga kita selalu diberikan kemudahan dalam mendidik anak-anak, aamiin ☺❤

      Hapus

Posting Komentar