3 Ketakutan Besar Orangtua Kepada Generasi Alpha
Assalamualaikum
Sahabat Lithaetr, mari masuki dunia lifestyle,
parenting, inspirasi, dan hiburan
(musik, film, buku, dan drama Korea).
Kita
sering mendengar istilah generasi alpha, baby boomers, millennials, X, Y,
dan Z. Sebuah istilah atau sebutan bagi pengelompokan generasi menurut
tahun kelahiran. Yang mana generasi-generasi tersebut ternyata memiliki
karakteristiknya sendiri-sendiri.
Saya
termasuk yang masih suka asing untuk sebutan-sebutan generasi tersebut. Mengapa?
Soalnya suka selalu ada istilah baru bagi sebuah generasi tertentu. Oleh karena
itu, saya merasa perlu menyamakan beberapa persepsi tentang istilah-istilah
generasi yang saya sebutkan di atas.
Agar
kita memiliki satu pandangan dan tidak bingung lagi saat saya membahasnya di
tulisan ini. Apalagi saya sebagai orangtua yang berasal dari generasi
millennials, memiliki ketakutan besar kepada anak-anak saya, yang lahir di
generasi alpha.
Apa saja ketakutan besar orangtua terhadap generasi alpha? Simak terus tulisannya di sini ya, sahabat Lithaetr.
Mengenal karakteristik tiap generasi, termasuk generasi alpha
Dalam agama Islam ada sebuah ungkapan yang begitu terkenal yaitu “Ajarilah anak-anakmu
sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu.”
Sebuah ungkapan yang mengingatkan orangtua agar mempersiapkan anak-anak bisa beradaptasi,
bertahan, dan berinteraksi di zamannya.
Lalu apa kaitannya ungkapan itu dengan istilah
pengelompokan generasi? Tentu saja ada kaitannya, karena setiap generasi
memiliki zamannya masing-masing, sehingga pasti memiliki karakteristik sendiri-sendiri
juga. Oleh karena itu, perlu banget kita sebagai orangtua menyesuaikan pendidikan untuk anak sesuai zamannya.
Yuk, kita samakan pandangan soal istilah pengelompokan
generasi dan karakteristiknya, ya. Yang mana hal tersebut dikemukakan oleh Alexis
Abramson, seorang ahli dalam pengelompokan generasi. Beliau mengatakan, “Perbedaan
waktu kelahiran menghasilkan karakteristik generasi yang berbeda.”
Inilah istilah-istilah pengelompokan dan bagaimana
karakteristiknya,
1. Baby boomers
Generasi baby boomers ini adalah generasi
kakek, nenek, orang tua, pakde, dan bude kita, yaitu orang-orang yang saat ini
berusia antara 58 hingga 76 tahun. Orang-orang yang lahir diantara periode
1946-1964. Bisa dibilang orang-orang yang hidup di zaman awal kemerdekaan
Indonesia.
Istilah baby boomers diberikan kepada
generasi ini, menurut kompas.com (26/12/2021), karena di zaman tersebut atau
setelah terjadinya perang dunia kedua ada sebuah fenomena yaitu terjadi
lonjakan besar di jumlah kelahiran bayi.
Oleh karena itu, mereka yang hidup di generasi baby
boomers memiliki karakteristik memiliki komitmen yang tinggi, mandiri, dan senang
berkompetisi. Karakteristik ini terbentuk karena orang-orang yang hidup di era
tersebut, masih harus berjuang karena baru terlepas dari perang dan penjajahan,
sehingga ada stigma generasi baby boomers adalah orang kolot yang sulit
menerima perubahan.
2. Generasi X
Generasi X adalah orang-orang yang lahir pada tahun
1965 hingga 1980. Di tahun kelahiran tersebut bisa saja ada orangtua, om,
tante, kakak, dan beberapa diantara kita. Orang-orang yang berusia sekitar 42
tahun hingga 57 tahun.
Generasi X adalah generasi awal yang merasakan
adanya teknologi, sehingga di tahun-tahun ini merasakan kehidupan dengan
teknologi digital dan non-digital. Karakteristik generasi X itu memiliki
pemikiran yang logis, banyak akal, dan bisa menjadi pemecah masalah yang baik.
3. Generasi Y atau generasi millennials
Generasi Y adalah orang-orang yang kini usianya
sekitar 26 tahun hingga 41 tahun. Inilah kemungkinan besar zaman dimana saya
dan sahabat Lithaetr dilahirkan. Orang-orang yang lahir pada tahun 1981 hingga
1996.
Menurut Alexis Abramson, generasi millennials inilah
yang disebut sebagai generasi pertama digital
native. Orang-orang yang merasakan era internet pertama
kali. Kemudahan dengan adanya internet membuat generasi Y lebih mandiri dalam
mencari informasi dan memecahkan masalah.
Namun karena menikmati internet itu juga generasi Y
ini memiliki stigma negatif yaitu sebagai generasi pemalas dan suka boros. Selain
itu, karakteristik generasi millennials lainnya adalah memiliki kepercayaan diri
yang tinggi, memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan suka mempertanyakan
otoritas.
Karakteristiknya yang suka mempertanyakan otoritas
juga suka dianggap buruk oleh generasi-generasi sebelumnya.
4. Generasi Z
Terdapat beberapa perbedaan pendapat kapan
dimulainya generasi Z ini. Pew Statistics mengatakan generasi Z ini
berlaku sejak tahun 1997. Sementara Statistics Canada mengatakan, generasi
Z sudah dimulai sejak tahun 1993. Sedangkan Yayasan Resolution mengungkapkan
kalau generasi Z baru dimulai sejak tahun 2000.
Alexis Abramson berpendapat, “Kapan pun itu benar-benar
dimulai, kita dapat dengan aman mengatakan kelompok ini masih muda dan tidak
pernah mengenal kehidupan tanpa teknologi.”
Bisa saja di generasi ini ada sebagian dari kita, adik
kita, dan ada anak dari sebagian kecil kita. Inilah awal generasi internet gen.
Karakteristik generasi Z itu ambisius, digital native, dan percaya diri.
5. Generasi alpha
Generasi alpha ini namanya diberikan oleh seorang
peneliti sosial asal Australia, yang bernama Mark McCrindle. Generasi yang
lahir sejak tahun 2010 ini dinilai akan menjadi kelompok yang besar dengan hak
mereka sendiri.
Inilah di mana kebanyakan anak-anak kita dilahirkan,
khususnya bagi anak dari generasi millennials yang lahir di akhir tahun awal
80-an hingga awal 90-an. Generasi yang sudah membawa gen internet dalam
dirinya, membuat generasi alpha begitu mudah menggunakan barang-barang
elektronik.
Karakteristik generasi alpha adalah lebih awal
memiliki kematangan secara fisik, senang berkomunitas, dan mudah mengakses
segala informasi. Itulah mengapa terkadang timbul ketakutan besar sebagai
orangtua kepada anak-anak, yang terlahir di generasi alpha. Kira-kira apa saja
ya, ketakutan-ketakutan besarnya?
Apa saja ketakutan besar orangtua kepada generasi alpha
Inilah beberapa ketakutan besar orangtua terhadap
generasi alpha versi Lithaetr,
1. Informasi yang menyesatkan
Ketakutan besar pertama saya sebagai orangtua dari
generasi alpha adalah informasi yang menyesatkan. Apa ini maksudnya? Dekatnya mereka
dengan dunia informasi tanpa batas, tak jarang mereka bisa mendapatkan informasi
darimana saja.
Mungkin kita sebagai orangtua sudah membatasi
anak-anak generasi alpha ini main gawai dan menggunakan internet di rumah, tapi
saat mereka berinteraksi dengan teman-temannya bisa saja anak-anak mendapatkan
informasi yang kurang tepat dan cenderung menyesatkan.
Menyesatkannya seperti apa? Saya menceritakan pengalaman
yang baru saja terjadi belakangan dengan si sulung. Ia enggan salat sendiri di
ruangan khusus yang biasa kami gunakan ketika salat. Alasannya banyak sekali
saat disuruh salat diruangan khusus tersebut.
Suatu ketika dia mengatakan pada ayahnya, kalau ia
takut salat di kamar, karena nanti ada makmumnya. Suami saya seketika kaget
ketika si sulung berkata demikian. Entah dia dapat informasi darimana,
sepertinya teman-temannya, kalau makmum itu menyeramkan.
Padahal makna makmum dalam agama Islam itu adalah
orang yang mengikuti arahan seorang imam saat salat. Sebuah informasi yang
kurang tepat dan bisa menyesatkan kalau tidak diluruskan. Jangan sampai kata yang
dipakai di sebuah media menjadi informasi menyesatkan untuk generasi alpha,
yang belum cukup ilmu disaat ia menerima sebuah informasi.
2. Ketimpangan antara kematangan fisik dengan kematangan psikologis
Salah satu karakteristik anak-anak generasi alpha
adalah mengalami kematangan fisik lebih awal. Akan mengalami masalah bila
kematangan fisiknya tidak diimbangi dengan kematangan psikologisnya.
Memang sebuah karakteristik ini bukanlah patokan
baku, tapi setidaknya kita bisa mencari cara yang tepat bila kita sudah tahu
sedikit tentang suatu hal yang baru. Mudahnya anak-anak generasi alpha dalam
menerima informasi, perlu juga diimbangi dengan membentuk kesiapan mereka dalam
menerima sebuah informasi.
Membentuk kesiapan dalam menerima sebuah informasi
ini dengan membangun kematangan psikologisnya. Baik itu dari segi keimanan,
adab, dan ilmu. Pentingnya keseimbangan kematangan fisik dengan kematangan
secara psikologis ini saya dapatkan dari sekolahnya si sulung.
Di sekolah si sulung, agar anak siap menerima aturan
dan siap belajar dengan duduk anteng, maka anak harus sudah bisa konsentrasi
sesuai tahapan usianya. Dalam membangun proses konsentrasi anak, ada hal-hal
yang perlu dikembangkan dan tahapan tersebut harus selesai dengan tuntas, salah
satunya adalah tahapan sensori dan motor.
Tahapan sensori motor ini begitu penting, karena
tahapan itulah yang membuat sistem emosional dan psikologis anak bisa sesuai
dengan tahapan usianya. Bila kematangan fisik dan kematangan psikologis seimbang,
maka anak-anak akan lebih mudah menerima hal yang halal dan haram.
Baca dulu,
3 Pesan dalam Alquran tentang pendidikan anak
3. Kemampuan dalam menghadapi tantangan tidak terbangun
Ketakutan besar sebagai orangtua kepada anaknya
adalah disaat mereka tidak mampu menyelesaikan sebuah tantangan. Apalagi di
masa mendatang, akan banyak tantangan yang harus diselesaikan oleh anak-anak
kita.
Apalagi saat pandemi hampir 2 tahun lebih ini terasa
sekali, kebanyakan orangtua yang pusing menyelesaikan tugas-tugas sekolah
anaknya. Padahal seharusnya itu yang menjadi tanggung jawab dan tantangan bagi
anak untuk menyelesaikannya.
Seberapa anak akan mampu bertahan dalam menerima dan
menyelesaikan tantangannya itu adalah sebuah proses yang harus dilalui. Jangan sampai
karena tidak tega dan kasian, anak menjadi korban dalam ketidak sabarannya dalam
membangun kemampuan dalam menghadapi tantangan.
Membentuk kemampuan agar mereka bisa menghadapi
tantangan ini bagi saya penting, sebab disaat anak-anak harus memutuskan
nasibnya sendiri, dari kemampuan inilah mereka akan bisa memikirkan jalan
keluarnya.
Apalagi cara membentuk kemampuan ini harus mulai
berbeda dibandingkan zaman ketika kita diproses dari orangtua kita. Bagi saya
pribadi menumbuhkan kemampuan ini menjadi tantangan tersendiri, karena lokasi
tempat tinggal kami yang minim lahan bereksplorasi.
Jadilah perlu beberapa inovasi agar kemampuan ini
bisa terbangun di anak-anak generasi alpha. Mungkin kita belum bisa menutup
rapat agar mereka tidak menggunakan teknologi jika belum di usia yang bertanggung
jawab, tapi setidaknya berikan mereka pengetahuan dengan teknologi ada hal-hal
positif apa yang bisa kita dapatkan.
Sering terjadi gap antara gen Y dan Gen Z atau Gen Alpha. Mungkin karena beda zamannya ini ya. Mereka pasti dapat fasilitas informasi yang melimpah.Kadang jadi ketakutan bagi gen Y....
BalasHapusBetul pak guru, banjir informasi yang bisa saja menyesatkan kalau tidak terfilter dengan baik
HapusGills, udah generasi alpha dan aku sebagai milenial bontot masih menjomblo hahahahaha. Emang sih menjadi orangtua itu nggak pernah mudah yah, apalagi yang baru punya baby di era informasi tanpa batas ini. Semua generasi emang kudu saling belajar dan menghormati
BalasHapusEnggak apa-apa kakak Arai. Yang penting tetap sehat, berkarya, dan menginspirasi. Betul setiap generasi perlu saling mengerti, menghargai, menghormati, dan berkolaborasi
Hapuskalau ketakutannya terhadap anak-anak yg generasi alpha adalah mereka hanya prioritas tujuan dan semua serba instan, sedangkan dibalik itu ada proses yang harus ditempuh
BalasHapusyang lainnya sama seperti mbak Lita
Betul kakak, mengingatkan untuk menghargai dan belajar dari setiap proses yang sudah terjadi. Ini yang belum bisa dinikmati di anak-anak yang serba instan
HapusInformasi penting bagi orang tua dalam penanganan anak dan kekhawatiran orang tua selalu ada setiap waktu buat anak
BalasHapusProblematika orang tua selalu memiliki harapan sekaligus ketakutan bagi anak-anaknya
HapusAku nih masih suka bingung-bingung dengan penamaan berbagai tingkat generasi ini. Sempat taunya yang XYZ, sekarang sudah sampai Alpha ya untuk yang kelahiran 2010 dan setelahnya. Selalu ada saja ya ketakutan yang tercipta dari zaman ke zaman. Ketakutan yang lalu diatasi, muncul ketakutan-ketakutan yang baru.Kita senantiasa dibuat takut. Btw, takut itu konon bagus untuk meningkatkan pergerakan ekonomi katanya.
BalasHapusIya bener teh Shanty. Kalau ada rasa takut bisa memicu untuk adanya panic buying. Memang rasa takut ini menjadi rasa paling mudah agar bisa dimasukkan berbagai sugesti
HapusOalah berarti saya generasy Y, hemmm setiap generasi punya tantangan masing-masing ya, cara mengantasinya juga tentu berbeda2
BalasHapusBetul kakak, setiap generasi punya tantangan masing-masing dan sebagai orang tua, perlu banget menyiapkan anak-anak biar bisa menghadapi segala tantangan itu
HapusKalau menurutku sih, mereka akan lebih banyak mengenyam informasi dari dunia maya yang bikin stress di kepala. Apalagi banyak generasi Z yang hobinya scroll medsos dari pagi hingga malam. Agak ngeri sih kedepannya jika begitu terus.
BalasHapusIni yang harus bisa ditamengin sama orang tua. Sebab, mau siapa lagi yang akan menjadi korektor buat anak-anak kalau bukan orang tuanya
HapusNah itu dia ya alasannya ya yang membuat saya membatasi internet untuk anak-anak. Supaya mereka belajar hal baik dan buruk secara benar dulu baru nanti menggunakan internet. Supaya tidak salah memilih.
BalasHapusBetul mbak. Perlu membatasi dan menyaring agar tidak mendapatkan informasi yang salah sekaligus menyesatkan
HapusAda positifnya ada pula negatifnya itulah internet. Terkadang tak hanya cukup dalam pengawasan saja, tapi butuh pembatasan-pembatasan akan penggunaan internet terhadap anak.
BalasHapusbetul kokoh, setuju
HapusTernyata aku termasuk generasi Y hihihi. Banyak sih kak ketakutan seperti yang diutarakan diatas, tapi aku juga lebih kagum sama generasi sekarang, diumur belia mereka udah banyak hafalan Qur'an nya. Bahkan anakku yang paling besar umur 8 shalat gak susah nyuruh lagi. Termasuk shalat sunnahnya. ðŸ˜Aku kadang malah malu. Seperti nya di sekolah kan di sekolah Agama banyak pengaruh positif nya
BalasHapussemoga kita dimudahkan ya, kak, dalam mendampingi anak-anak. Saya pun masih terus berusaha agar kesadaran untuk salat dan ngaji itu timbul dalam diri anaknya itu sendiri
Hapusudah sampai generasi alpha aja ya mba, hihihi....nanti jaman anak ku udah apa lagi yah istilahnyaaaa.. semoga gimanapun generasinya, tetep bawa positivity dan lebih minim drama hih
BalasHapusSemoga anak-anak kita bisa tetap terjaga iman serta akhlaknya, sehingga mampu membawa kebermanfaatan untuk sesama, aamiin
Hapus